Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini, ternyata filum Arthropoda menduduki urutan nomor satu diantara jenis-jenis hewan lain. Dari filum Arthropoda ini, kelas Insecta atau serangga merupakan jenis yang terbesar (sekitar satu juta spesies). Hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik, cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub.
Peran ektoparasit bagi Hama
Diantara anggota filum Arthropoda diketahui ada yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan sebaliknya diketahui pula ada yang berperan merugikan manusia dan hewan. Kelompok yang terakhir ini lebih dikenal sebagai ektoparasit atau pengganggu atau hama. Yang termasuk di dalam kelompok ektoparasit adalah kelas Insecta (serangga) dan kelas Arachnida (caplak dan tungau). Kelas Insecta yang penting diketahui bagi dunia pengendalian hama permukiman antara lain adalah ordo Dictyoptera atau Blattodea (lipas), ordo Diptera (lalat dan nyamuk), ordo Hymenoptera (semut, tawon, lebah), ordo Siphonaptera (pinjal), ordo Phthiraptera (subordo Mallophaga atau kutu penggigit dan subordo Anoplura atau kutu penghisap), ordo Rhynchophthirina, ordo Hemiptera, ordo), ordo Coleoptera (kumbang), dan ordo Psocoptera. Adapun kelas Arachnida yang penting diketahui antara lain ordo Parasitiformes (contohnya caplak) dan Acariformes (contohnya tungau).
Kelas Serangga ( INSECTA )
Kelas INSECTA (Serangga) Ciri-ciri umum kelas ini adalah (Gambar 1) : 1 Tubuh terbagi atas kepala, toraks dan abdomen. 2 Mempunyai sepasang sayap kecuali Anoplura, Mallophaga dan Siphonaptera. 3 Mempunyai sepasang antena. 4 Mempunyai tiga pasang kaki. 5 Perangkat mulut telah mengalami perkembangan dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga dikenal berbagai ragam tipe seperti menggigit/mengunyah, menusuk, menghisap, menyerap dan sebagainya.
Gambar 1 Diagram tubuh serangga (belalang), (a) kepala, (b) toraks, (c) abdomen, (d) antena, (e) mata, (f) tarsus, (g) koksa, (h) trokhanter, (i) timpanum, (j) spirakel, (k) femur, (l) tibia, (m) ovipositor, (n) serkus
Kenali Siklus Hidup Serangga
Pengenalan Biologi Serangga. Siklus hidup serangga umumnya dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pertumbuhan/perkembangan dan pendewasaan atau pemasakan. Selama fase perkembangan energi tercurahkan untuk proses pertumbuhan, sedangkan selama fase pendewasaan energi tercurahkan untuk penyebaran dan reproduksi. Serangga yang baru menetas mempunyai ukuran dan bentuk yang kadang-kadang berlainan sama sekali dengan serangga dewasa. Perubahan bentuk yang dialami mulai dari telur sampai serangga dewasa disebut metamorfosis. Derajat perubahan ini bervariasi pada bermacam-macam serangga. Diketahui ada tiga tipe metamorfosis serangga yaitu :
Tidak mengalami metamorfosis atau ametabola
Perubahan struktur tubuh pada serangga ini hampir tidak kelihatan, sehingga seringkali disebut juga tidak mengalami metamorfosis. Contohnya serangga ametabola adalah Collembola, Thysanura dan Diplura. Bentuk pradewasa ametabola disebut nimfa (Gambar 2).
Gambar 2 Ametabola pada ordo Thysanura
Metamorfosis sederhana
Perkembangan serangga ini berubah secara bertahap dalam bentuk luarnya dari telur sampai bentuk dewasa. Bentuk pradewasa disebut nimfa, mempunyai kebiasaan serupa dengan yang dewasa. Kelompok serangga ini disebut juga Paurometabola. Contohnya antara lain, kutu (Phthiraptera), kepik (Hemiptera), rayap (Isoptera), belalang (Orthoptera), lipas (Dictyoptera) (Gambar 3). Selain itu ada pula serangga yang termasuk di dalam kelompok metamorfosis sederhana tetapi stadium pradewasanya hidup di air, contohnya ialah capung (Odonata). Bentuk pradewasa disebut naiad atau tempayak. Kelompok serangga ini disebut juga Hemimetabola.
Gambar 3 Metamorfosis sederhana pada lipas
Metamorfosis sempurna
Pengendalian Hama Permukiman di Indonesia 9 9 Perubahan struktur tubuh pada serangga ini sangat besar dari berbagai stadium. Serangga ini dianggap orang sebagai serangga yang maju perkembangannya dalam sejarah evolusi serangga. Kelompok serangga ini disebut juga Holometabola. Contohnya adalah lalat (Gambar 4), nyamuk (Nematocera), pinjal (Siphonaptera), kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), semut, lebah dan tawon (Hymenoptera).
Gambar 4 Metamorfosis sempurna pada lalat
Mengapa Arthropoda dikenal dengan istilah Ektoparasit,
Hama pengganggu yang berasal dari kelompok Arthropoda dikenal dengan istilah Ektoparasit, karena hidupnya di luar tubuh inangnya (hewan atau manusia). Ektoparasit ini ada yang bersifat obligat dan fakultatif. Yang bersifat obligat artinya seluruh stadiumnya, contohnya, kutu penghisap (Anoplura), menghabiskan seluruh waktunya pada bulu dan rambut. Kelompok yang bersifat fakultatif artinya ektoparasit itu menghabiskan waktunya sebagian besar di luar inangnya.
Mereka datang mengganggu inang hanya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukannya. Contohnya, kutu busuk (Hemiptera: Cimicidae), datang pada saat membutuhkan darah, setelah itu bersembunyi di tempat-tempat gelap atau celah-celah yang terlindung, jauh dari inangnya. Demikian juga yang dilakukan oleh berbagai jenis serangga penghisap darah dari Ordo Diptera, khususnya famili Culicidae (nyamuk, agas, mrutu, lalat punuk).
Jenis Jenis Hama yang Sering di Jumpai di Sekitar Kita
Jenis-jenis hama permukiman yang banyak dijumpai di Indonesia antara lain adalah berbagai jenis lalat, nyamuk, lipas, kutu, kutu busuk, pinjal dan caplak . Peranan hama permukiman dalam manusia sangat merugikan karena selain menimbulkan gangguan yang menggelisahkan dan juga dapat berakibat fatal terutama serangga-serangga vektor penular penyakit.
Berikut ini disebutkan beberapa jenis hama yang umum dijumpai pada lingkungan permukiman antara lain berbagai jenis lalat, nyamuk, kecoa/lipas, semut dan kutu busuk. Akhir-akhir ini yang menjadi hama di sekitar permukiman tidak hanya kelompok serang tersebut di atas, tetapi juga kucing, kelelawar, burung, ular dan lainnya menjadi pengganggu yang tidak dapat diabaikan. Bagaimana konsep pengendalian hama juga disajikan pada akhir tulisan ini.